Seminggu yang lalu, saya bersama keluarga berekreasi ke Desa Wisata Sari Bunihayu yang terletak di kecamatan Jalancagak. Obyek wisata ini layaknya objek wisata alam lainnya, menawarkan keindahan alam yang berbalut nuansa khas pedesaan. Saat saya sekeluarga tiba ke Sari Bunihayu yang berjarak kurang lebih 1 Km dari jalan raya, saya mendapati beberapa bangunan villa, sebuah giftshop dan amphitheatre. Mata kami pun dimanjakan oleh indahnya hamparan sawah yang saya nikmati dari atas amphitheathre yang saat itu kebetulan masih kosong, belum tampak ada pertunjukan kesenian.
Setelah itu, kami memutuskan untuk memasuki kolam renang yang terletak di seberang tempat parkir, setelah membeli ticket masuk seharga @ Rp. 9.000,-. Saat melewati pintu masuk menuju kolam renang, kami mendapati arena permainan anak (playground) di sebelah kiri kami dan beberapa kolam ikan serta ‘saung’ di sebelah kanannya. Tak jauh dari arena bermain, terdapat sebuah bangunan dari bambu yang ternyata merupakan sebuah rumah makan yang menawarkan hidangan khas Sunda. Dari rumah makan inilah, saya langsung dapat melihat dengan jelas 2 buah kolam renang yang tidak terlalu ramai; 1 kolam renang untuk anak-anak dan 1 kolam renang lagi untuk dewasa. Lebih dari 1 jam lamanya kami berada di sana karena kedua anak kami begitu asyik bermain air.
Selesai berenang, kami sempat berkelililng melihat beberapa kolam ikan dan villa, bermain ayunan, korsel, prosotan dan jungkat-jungkit serta beristirahat di saung. Udara yang sejuk membuat kami betah untuk berlama-lama tinggal di sana, hingga tak terasa azan zuhur pun berkumandang.
Akhirnya, kami pun memutuskan untuk pulang. Namun sesampainya di area parkir mobil, saya tertegun melihat beberapa kelompok anak-anak yang sedang berlatih menari, sisingaan dan memainkan angklung. Saking terkesannya, saya memutuskan untuk mengajak anak-anak mengunjungi amphitheathre tersebut. Ternyata anak-anak kami pun sangat menyukai hiburan gratis itu, mereka ikut menari mengikuti alunan musik Kaulinan Barudak dan menaiki sisingaan tanpa ragu. Sungguh, sajian-sajian kesenian itu membangkitkan kenangan indah masa kecil saya. Angin semilir melengkapi indahnya suasana yang membuat saya ingin berlama-lama menyaksikan kegembiraan dan keceriaan anak-anak yang berlatih kesenian itu.
Dengan berat hati kami pun kemudian mengajak anak-anak kami pulang, disertai janji bahwa nanti kami akan mengajak mereka kembali bermain ke Sari Bunihayu karena sebetulnya masih banyak yang bisa mereka lihat dan pelajari di sana. Kami ingin mengajak anak-anak bermain di sawah untuk bergabung dengan warga desa atau petani untuk menggarap sawah, mulai dari nandur, ngawuluku, ngabuat (membajak sawah, menanam padi, menuai padi sampai panen), ataupun memetik buah-buahan segar langsung dari pohonnya, karena di lokasi ini ditanami berbagai tanaman buah-buahan asli daerah Jawa Barat maupun buah-buahan asli dari daerah lainnya. Selain itu, kami pun ingin mencoba fasilitas outbond land, yang sayangnya, baru bisa dinikmati hanya bila kita telah melakukan reservasi dan itupun harus berkelompok.
Semoga Desa Wisata Saribunihayu bisa menjadi alternatif tempat pariwisata di liburan sekolah ini. Setidaknya, anak-anak kita bisa mendapatkan pengalaman yang berharga tentang adat dan kebudayaan masyarakat sunda yang saat ini sudah cukup sulit untuk kita dapati dan nikmati. Selamat berlibur.

Melahirkan Tanpa Rasa Sakit

Semua calon ibu tentulah merasakan suatu kekhawatiran yang teramat besar tentang proses persalinan. Opini bahwa melahirkan itu sakit kerapkali menghantui setiap ibu hamil. Hal ini pun saya rasakan pada saat saya tengah mengandung, baik itu kehamilan yang pertama maupun yang kedua. Sehari sebelum saya melahirkan putra yang kedua, saya masih sempat berjalan-jalan ke sebuah toko buku untuk melihat-lihat buku tentang proses melahirkan. Di antara beberapa buku yang saya baca, saya sangat tertarik dengan buku yang berjudul "Hypnobirthing, melahirkan tanpa rasa sakit". Dari buku tersebut itulah saya mengetahui bahwa rasa takut dan kecemasan itu justru akan semakin membuat proses persalinan itu sulit dan terasa sangat menyakitkan lebih dari rasa sakit yang sebenarnya (rasa sakit yang dirasakan jika sang ibu dalam keadaan psikologis yang baik). Sehingga agar persalinan kita lancar, kita harus dapat "memanage" rasa sakit kita. Teknik-teknik relaksasi yang diterangkan pada buku tersebut sangatlah membantu saya pada saat proses kelahiran putra saya. Dengan mengatur nafas saat kontraksi, rasa sakit itu terasa jauh berkurang. Nah, dalam artikel ini saya mencoba untuk mengintisarikan mengenai hypnobirthing tersebut.
Hypnobirthing adalah suatu terapi yang mengadaptasi teknik hipnotis untuk meminimalisir bahkan menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh wanita saat ia melahirkan.
HypnoBirthing ini dicetuskan berdasarkan buku yang ditulis oleh pakar ginekologi Dr. Grantly Dick-Read, yang memublikasikan buku Childbirth Without Fear pada 1944. Terapi HypnoBirthing selanjutnya dikembangkan oleh Marie Mongan, pendiri HypnoBirthing Institute.
Terapi ini mengajarkan para ibu untuk memahami dan melepaskan Fear-Tension-Pain Syndrome yang seringkali menjadi penyebab kesakitan dan ketidaknyamanan selama proses kelahiran.
Saat kita merasa takut, tubuh mengalihkan darah dan oksigen dari organ pertahanan non esensial menuju kelompok otot besar di wilayah kaki dan tangan. Akibatnya, area wajah ‘ditinggalkan’, makanya ada ungkapan “pucat karena ketakutan”. Dalam situasi yang menakutkan, tubuh mempertimbangkan bahwa uterus atau rahim dipandang sebagai organ ‘tidak penting’ . Menurut Dr. Dick-Read, rahim pada perempuan yang ketakutan secara kasat mata memang tampak putih.

HypnoBirthing mengeksplorasi mitos bahwa memang rasa sakit adalah hal yang wajar dan dibutuhkan saat melahirkan normal. Saat perempuan yang melahirkan terbebas dari rasa takut, otot-otot di tubuhnya termasuk otot rahim akan mengalami relaksasi, yang akan membuahkan proses kelahiran yang lebih mudah dan bebas stres.
Dengan hypnobirthing, tahapan proses kelahiran juga menjadi lebih pendek, mengurangi kelelahan selama perjuangan melahirkan bayi dan ibu akan tetap segar, penuh energi setelah melahirkan.
Seseorang yang menerapkan hypnobirthing pada saat proses persalinannya akan memberikan sebuah respon yang positif terhadap kontraksi yang dirasakannya. Secara cepat ibu akan belajar mempercayai insting melahirkan pada tubuhnya, bahwa tubuhnya diciptakan untuk bekerja dalam irama yang selaras saat mengeluarkan bayi ke dunia.
“Ada perbedaan besar antara HypnoBirthing dan kelas pendidikan melahirkan lainnya, dan ini bukanlah hanya potongan hipnotis. HypnoBirthing lebih menekankan melahirkan dengan cara positif, lembut, aman dan bagaimana mencapainya denganmudah,” ujar Mongan.
Pada 1958, the American Medical Association menyetujui terapi dengan menggunakan hipnotis, meski sejauh ini terapi hipnotis yang dipakai untuk memudahkan proses kelahiran bayi belum banyak diketahui publik.

Rasa nyeri saat melahirkan bisa disebabkan oleh ketakutan. Namun, rasa nyeri itu kini dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Lewat sebuah proses latihan relaksasi dan metode hypnobirthing, Lanny Kuswandi memperkenalkan cara melahirkan tanpa rasa sakit.
Menurut Dr. Tb. Erwin Kusuma, Sp. KJ, rasa cemas pada banyak orang dewasa sekarang adalah akibat dari rekaman getaran kehidupan mereka sejak dalam kandungan. Padahal, bayi di dalam kandungan perlu mendapat ketenangan dan kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah yang akan terekam sampai usia dewasa.
Dalam bukunya, Super Baby, Dr. Sarah Brewer mengungkapkan bahwa kecemasan dan stres yang berlebihan pada saat hamil sama berbahaya dengan ibu hamil yang perokok. Keadaan itu bisa berakibat bayi lahir prematur, kesulitan belajar, anak menjadi hiperaktif, atau bahkan mengalami autisme. Menurut Dr. Sarah lagi, stres yang berlebihan pada ibu hamil akan mengakibatkan kadar pregnanolone dalam tubuh tidak mencukupi.
Untuk mengatasi kecemasan itu Lanny Kuswandi mengembangkan teknik relaksasi dan hypnobirthing yang disadapnya dari berbagai pusat latihan di Amerika Serikat. Menurut Lanny, persalinan yang normal selayaknya berlangsung lancar.
Pada beberapa penelitian di negara Barat membuktikan, ibu hamil yang mengikuti latihan mengalami lebih sedikit komplikasi dibandingkan dengan yang tidak terbiasa melakukan relaksasi secara teratur. Adanya rasa nyeri yang berlebihan lebih disebabkan adanya rekaman di alam bawah sadarnya.
“Bayangkan saja, semua orang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali,” ujar wanita lulusan pendidikan kebidanan RS St. Carolus Jakarta ini. Katanya lagi, kontraksi otot pada saat persalinan adalah sebagai upaya membantu terbukanya jalan lahir. Karena kontraksi itu, leher rahim akan menjadi lunak, menipis, dan mendatar, kemudian menarik leher rahim. Saat itulah kepala janin menekan mulut rahim sehingga membuka.
Bila si ibu sudah terbiasa relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah terbuka. Keuntungan lain dari teknik ini adalah mencegah kelelahan yang berlebihan saat persalinan.
Program PositifHypnobirthing adalah relaksasi dengan penambahan sugesti melalui usapan. Tangan menjadi sarana untuk mengusap daerah bawah payudara hingga perut. Sebenarnya cara ini telah dilakukan secara natural oleh ibu-ibu hamil saat janinnya meronta dalam kandungan. Ketika itu ibu akan mengusap perut sambil membisikkan kata-kata lembut yang menenangkan.
Untuk mengikuti program yang diajarkan Lanny, ada empat langkah yang harus dijalankan, yaitu:

Pertama, kepala dimiringkan di atas bahu kanan kemudian diputar sampai di atas bahu kiri, kembali ke bahu kanan sampai delapan kali hitungan. Setelah itu jari kanan di atas bahu diputar ke belakang sebanyak delapan kali. Lalu tangan tetap di atas bahu diputar ke depan sebanyak delapan kali pula.
Kedua adalah relaksasi otot. Berbaring santai, lengan di samping kanan dan kiri, telapak kanan menghadap ke atas. Lalu tegangkan telapak kaki hingga merambat ke betis, paha, pinggul, dan dada. Pundak ditarik ke atas dan kedua telapak tangan dikepal kuat-kuat. Dahi dikerutkan, lidah ditarik ke arah langit-langit.
Ketiga berupa relaksasi pernapasan. Dalam keadaan berbaring, otomatis napas akan terdorong ke arah perut. Tarik napas panjang melewati hidung sambil hitung sampai 10. Kemudian embuskan napas perlahan-lahan lewat mulut, lakukan 10 kali.
Keempat relaksasi pikiran, langkah ini diwakili oleh indra mata. Setelah mata terpejam sejenak, buka mata perlahan-lahan sambil memandang satu titik tepat di atas mata, makin lama kelopak mata makin rileks, berkedip, dan hitungan kelima mata akan menutup.
Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan, dan pikiran) dan raga istirahat, masukkan program positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar. Contoh program positif, “Saya dan janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat. Dan saat persalinan akan menghadapinya dengan tenang.”

Mudah-mudahan, dengan mengetahui dan mempraktekkan langkah-langkah hypnobirthing ini, kita akan dapat menjalani proses persalinan yang menyenangkan.

My Album : A Little Guy Named Adi

15 Secrets of Having a Happy Family

Everybody wants to have a happy family which can give comfort and satisfaction in life. For having a happy family, we should check out these secrets and try our best to practice them in our daily life.

Happy Family Secret No. 1: Enjoy Each Other
The essence of a happy family is that they truly uplift each other and that all comes down to how they treat each other, says Rabbi Shmuley Boteach, a New York-based family and relationship counselor and host of The Learning Channel's Shalom in the Home. "There is a joy that characterizes their interaction," says Boteach, father of eight children and author of several books, including the forthcoming Shalom in the Home. "Parents come home and the kids are happy to see them and when kids come home, the parents are happy to see them."
Happy Family Secret No. 2: Swap Stories
"When your kids come home, ask them what happened in school and have a story for them," he says. "If you come home dejected and not really interested and then five minutes later the TV is on, why would they be happy to see you?"
The bottom line, he says, is that when you come home, your kids have to come first. "You must drop everything you are doing and always come home with something to share with your kids, whether a story or even the smallest vignette," he says. "This way you give your kids something to look forward to. The great bane of family life is boredom and that is what leads to dysfunction, affairs, and kids wanting to be with their friends over family."
Happy Family Secret No. 3: Put the Marriage First
"Set a real example of love," Boteach says. "The relationship and marriage must come first." Think Carol and Mike Brady of the Brady Bunch and Cliff and Clair Huxtable of the Cosby Show.
There are many families where kids always come first, says Boteach. Then they become substitute providers of love, he says. "That's an unfair burden to put on a kid." It's also bad for families, he says, "because kids will move out of the house eventually."
Happy Family Secret No. 4: Break Bread Together
Families that eat together, stay together. It's that simple. "Family dinners are essential," Boteach says. "It's a time to connect." Have a minimum of four family dinners per week, he suggests.
Happy Family Secret No. 5: Play Together
"Have one or two unifying activities that the family does together on a nightly basis," Boteach says. He suggests bedtime stories for young children or reading a chapter from a novel to an older child.
Happy Family Secret No. 6: Put Family Before Friends
"In happy families, family comes before friends," he says, "The camp counselor understands something that parents don't and that is that caring for kids also has to be fun. Give rules, but understand that kids need fun, too. When kids get bored and listless, they start looking for excitement out of the home and that is when friends become more important. Friendship is important, but subordinate to family."
Happy Family Secret No. 7: Limit Children's After-School Activities
Today, growing numbers of kids are overscheduled and participate in six or seven after-school activities per week. The mother becomes a chauffer and the children are never home at the same time. This is not a recipe for a happy family, Boteach says. "If your kids grow up not knowing how to do ballet, they will be OK. No after-school activities is an extreme and too many activities is the other extreme, but moderation is where we should aim." Create your own after-school activities as a family, he suggests. For example, take your kids rollerblading, bike riding, or swimming after school as a family.
Happy Family Secret No. 8: Build and Honor Rituals
"Families need rituals," Boteach says. Rituals can be religious, national, or even family-specific, he says.
Barbara Fiese, PhD, professor and chair of psychology at Syracuse University in New York, agrees. "Happy families have meaningful rituals and are not stressed out by them," she says. "They can be unique to your own family such as going for bagels on Saturday morning, a weekly pizza night, or even a family song. Rituals tend to bring family members close together because they are repeated over time."
To work, rituals need to be flexible, she adds. "They can't be rigid," Fiese says. "If the bagel place is closed, you have to go someplace else."
Happy Family Secret No. 9: Keep Your Voices Down
Remember that children thrive on stability. "There has to be a calm environment at home," says Boteach. "Talk to your kids, give them strict rules, and punish children when necessary, but don't lose control and yell. If you yell at kids, that shows you are out of control and you create a nonpeaceful environment."
Happy Family Secret No. 10: Never Fight in Front of the Kids
TV viewers never really saw Carol and Mike Brady go at it, did they? While some fighting or bickering may be inevitable, try to keep it away from the children, Boteach says. "If your kids see you fight and argue, apologize and say, 'We are sorry you had to see it. Daddy and I just had a disagreement, but everything is OK now.'"
Happy Family Secret No. 11: Don't Work Too Much
All work and no play does worse things to a family than make it dull. "If you are away all the time and don't prioritize your kids, your kids will internalize feelings of insecurity," says Boteach. They'll begin to believe that they're not valuable enough.
Happy Family Secret No. 12: Encourage Sibling Harmony
Sibling rivalry can be divisive. "I try to speak to my kids about how fortunate they are to have siblings," Boteach says.
Happy Family Secret No. 13: Have Private Jokes
Happy families have inside jokes, Syracuse's Fiese says, "Jokes and nicknames symbolize that this is a group that you belong to and serves as a shorthand for larger experiences," she says.
Happy Family Secret No. 14: Be Flexible
"This is easier said than done," says Fiese. "But by their very nature, families change so you have to be open to change in membership and age," Fiese says. "Somebody gets married, somebody dies, somebody remarries and teenagers are no longer children and young adults are no longer teenagers, but they are all still part of the family."
Happy Family Secret No. 15: Communicate
Rose J. Perkins, EdD, associate professor of psychology at Stonehill College in Easton, Mass., says that a happy family communicate with one another. "Frequently families are set up where everyone tells the mom and then the mom sends the message, but in a happy family, there are more flexible, open lines of communication."
In happy families, "all the members of family unit are able to communicate openly," she says.


5 Posisi Melahirkan

Melahirkan merupakan kodrat seorang wanita. Kendati melahirkan merupakan proses yang teramat berat dan juga menyakitkan, namun di sisi lain inilah saat yang sangat ditunggu-ditunggu. Bagaimana tidak, setelah proses ini dilalui, kita akan dapat bertemu dengan buah hati yang selama 9 bulan berada dalam rahim kita. Subhanallah, hilang sudah rasanya seluruh rasa sakit ini tatkala sesosok tubuh mungil itu ada di hadapan mata.
Saat melahirkan, ada 5 posisi yang dapat dilakukan oleh seorang ibu. Sang ibu dapat memilih posisi persalinan yang dirasakan paling nyaman. Terlepas dari itu, setiap posisi persalinan masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan sendiri, serta tidak ada satu pun posisi yang dikatakan baik ataupun buruk. Dan yang paling utama, kesiapan mental sang ibu saat melahirkan adalah hal yang paling menentukan pada proses persalinan. Kesiapan mental ini sangat berperan dalam manajemen rasa sakit yang dialami sang ibu. Saat seorang ibu dapat bersikap tenang selama menjalani proses persalinan, maka ia tidak akan merasakan rasa sakit yang hebat dan persalinan pun akan berjalan dengan lancar. Sebaliknya, apabila sang ibu gelisah dan dihinggapi rasa takut yang berkepanjangan, maka ia akan merasakan rasa sakit yang hebat dan persalinan pun akan terhambat, ditambah lagi, kondisi bayi pun terancam karena ketegangan sang ibu akan menghambat supply oksigen dari sang ibu kepada bayinya.
Nah, apa saja sih sebetulnya posisi bersalin yang memungkinkan? Inilah penjelasan dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG., yang antara lain berpraktik di RSIA Hermina, Jatinegara, Jakarta Timur. Menurutnya, apa pun posisi yang dipilih, yang terpenting harus diperhitungkan secara cermat dengan memperhatikan kondisi ibu.
1. BERBARING
Kalangan medis akrab menyebutnya dengan posisi litotomi. Pada posisi ini, ibu dibiarkan telentang seraya menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Keuntungan posisi ini, dokter bisa leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan. Dengan demikian waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat.
Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, sehingga pengguntingannya bisa lebih bagus, terarah, serta sayatannya bisa diminimalkan. Begitu juga dengan posisi kepala bayi yang relatif lebih gampang dipegang dan diarahkan. Dengan demikian, bila ada perubahan posisi kepala, bisa langsung diarahkan menjadi semestinya.
Kekurangannya, letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang.
Untuk mengantisipasi hal ini biasanya beberapa saat sebelum pembukaan lengkap, dokter menyuruh pasien untuk berbaring ke kiri dan atau ke kanan. Dengan demikian suplai oksigen dan peredaran darah balik ibu tidak terhambat.
Dalam kasus-kasus tertentu, semisal baru pertama melahirkan, posisi berbaring berpeluang menyulitkan ibu untuk mengejan. Alasannya, gaya berat tubuh yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi menyulitkan ibu untuk mengejan. Selain itu, posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan.
2. MIRING
Posisi ini mengharuskan si ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Normalnya, posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir. Posisi kepala bayi dikatakan tidak normal jika posisi ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Nah, dalam kondisi tersebut biasanya dokter akan mengarahkan ibu untuk mengambil posisi miring. Ke arah mana posisi miring si ibu tergantung pada di mana letak ubun-ubun bayi. Jika berada di kiri, maka ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi diharapkan bisa memutar. Demikian pula sebaliknya.
Keunggulan posisi ini, peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Alhasil karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. Posisi melahirkan ini juga sangat cocok bagi ibu yang merasa pegal-pegal di punggung atau kelelahan karena mencoba posisi yang lain.
Sayangnya, posisi miring menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan. Dalam arti, kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomi.
3. JONGKOK
Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami. Beberapa suku di Papua dan daerah lain memiliki kebiasaan melakukan persalinan dengan cara berjongkok seperti ini. Oleh karena memanfaatkan gravitasi tubuh, ibu tidak usah terlalu kuat mengejan. Sementara bayi pun lebih cepat keluar lewat jalan lahir. Tak heran karena berbagai keunggulan tersebut, beberapa RS/RSB di Jakarta menerapkan posisi persalinan ini untuk membantu pasiennya.
Sedangkan kelemahannya, melahirkan dengan posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala bayi cedera. Soalnya, tubuh bayi yang berada di jalan lahir bisa meluncur sedemikian cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi.
Bagi para dokter, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.
4. SETENGAH DUDUK
Diakui atau tidak, posisi ini merupakan posisi yang paling umum diterapkan di berbagai RS/RSB di segenap penjuru tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman. Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal.
Kendati begitu, posisi persalinan ini bisa memunculkan kelelahan dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama.
5. DALAM AIR
Melahirkan dalam air sudah sejak lama dikenal di negara-negara Eropa Timur dan beberapa negara Asia. Namun di Indonesia, hingga saat ini belum ada satu pun RS/RSB yang menyediakan fasilitasnya. Taufik mengaku pernah diminta seorang pasien mancanegara yang ingin menjalani proses melahirkan dalam air. Si pasien juga memberikan berbagai referensi, baik dari buku maupun video, tentang tata cara melahirkan dalam air. Berdasarkan referensi tersebut, saat pembukaan 4 atau 5, ditemani suami dan dibantu dokter, pasien yang semula berbaring di tempat tidur masuk ke sebuah kolam. Hanya dengan mengejan beberapa saat, bayi akan lahir dan langsung berenang dalam kolam lalu dokter anak akan langsung membopongnya untuk diperiksa.
Taufik menegaskan, perlunya sarana dan prasarana yang amat memadai bila ingin melahirkan dengan posisi ini. Tentu saja kolam bersalin yang digunakan haruslah didesain khusus dan tidak boleh digunakan oleh sembarang orang. Temperatur airnya pun harus selalu sama persis dengan suhu tubuh si ibu saat melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air pun perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayinya.
Harus diakui, melahirkan dalam air memiliki kelebihan tersendiri, yaitu adanya relaksasi terhadap semua otot tubuh, terutama otot-otot yang berkaitan dengan proses persalinan. Mengejan pun jadi lebih mudah dan konon rasa sakit selama persalinan tidak dialami oleh pasien yang melahirkan dalam air.
Tak cuma itu. Meskipun belum ditunjang oleh penelitian ilmiah, proses melahirkan dalam air bisa mencegah kepala bayi cedera. Terhindar dari trauma atau cedera kepala memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibanding sesama bayi yang lahir dengan posisi lainnya.
Kekurangannya, risiko air kolam tertelan oleh bayi sangatlah besar. Oleh karena itu, proses persalinan ini tidak hanya membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan saja, melainkan juga dokter spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Ada tidaknya air yang masuk maupun gangguan lainnya bisa langsung terdeteksi dan segera diatasi dengan baik. Selain itu, bila prosesnya berjalan lama, bisa-bisa ibu mengalami hipotermia alias suhu tubuh terlalu rendah.


The New Emperor

An emperor is someone who lead his people to develop their kingdom. He, with his absolute power, plays a great role in creating such a better life for his people. Once the emperor made a wrong policy, there would be many negative impacts happened; many people would suffer because of it. Hence, the emperor must be intelligent; both intellectually and emotionally. It means that he has not only a smart brain in order to be able to conduct quite a heavy duty on his shoulder, but also an excellent personality to decide everything wisely.
For honesty is one of the most valuable personality traits that a leader, an emperor, has to possess, we will find out what a unique way done to find out the New Emperor.....


Once there was an emperor in the Far East who was growing old and knew it was coming time to choose his successor. Instead of choosing one of his assistants or one of his own children, he decided to do something different. He called all the young people in the kingdom together one day. He said, "It has come time for me to step down and to choose the next emperor. I have decided to choose one of you." The kids were shocked! But the emperor continued. "I am going to give each one of you a seed today. One seed. It is a very special seed. I want you to go home, plant the seed, water it and come back here one year from today with what you have grown from this one seed. I will then judge the plants that you bring to me, and the one I choose will be the next emperor of the kingdom!


"There was one boy named Ling who was there that day, and he, like the others, received a seed. He went home and excitedly told his mother the whole story. She helped him get a pot and some planting soil, and he planted the seed and watered it carefully. Every day he would water it and watch to see if it had grown. After about three weeks, some of the other youths began to talk about their seeds and the plants that were beginning to grow. Ling kept going home and checking his seed, but nothing evergrew. Three weeks, four weeks, five weeks went by. Still nothing. By now others were talking about their plants but Ling didn't have a plant, and he felt like a failure. Six months went by, still nothing in Ling's pot. He just knew he had killed his seed. Everyone else had trees and tall plants, but he had nothing. Ling didn't say anything to his friends. However, he just kept waiting for his seed to grow.


A year finally went by and all the youths of the kingdom brought their plants to the emperor for inspection. Ling told his mother that he wasn't going to take an empty pot. But she encouraged him to go, and to take his pot, and to be honest about what happened. Ling felt sick to his stomach, but he knew his mother was right. He took his empty pot to the palace. When Ling arrived, he was amazed at the variety of plants grown by all the other youths. They were beautiful, in all shapes and sizes. Ling put his empty pot on the floor and many of the other kids laughed at him. A few felt sorry for him and just said, "Hey, nice try."


When the emperor arrived, he surveyed the room and greeted the young people. Ling just tried to hide in the back. "My, what great plants, trees and flowers you have grown," said the emperor. "Today, one of you will be appointed the next emperor!" All of a sudden, the emperor spotted Ling at the back of the room with his empty pot. He ordered his guards to bring him to the front. Ling was terrified. "The emperor knows I'm a failure! Maybe he will have me killed!" When Ling got to the front, the Emperor asked his name. "My name is Ling," he replied. All the kids were laughing and making fun of him. The emperor asked everyone to quiet down. He looked at Ling, and then announced to the crowd, "Behold your new emperor! His name is Ling!"Ling couldn't believe it. Ling couldn't even grow his seed. How could he be the new emperor?


Then the emperor said, "One year ago today, I gave everyone here a seed. I told you to take the seed, plant it, water it, and bring it back to me today. But I gave you all boiled seeds which would not grow. All of you, except Ling, have brought me trees and plants and flowers. When you found that the seed would not grown, you substituted another seed for the one I gave you. Ling was the only one with the courage and honesty to bring me a pot with my seed in it. Therefore, he is the one who will be the new emperor!"

Nilai Sebuah Cincin Emas

Alkisah, di Mesir hidup seorang sufi yang tersohor bernama Zun-Nun. Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya :"Tuan, saya belum faham mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di zaman yang ini berpakaian modern sangatlah perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk tujuan banyak hal lain."Sang sufi hanya tersenyum, ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata : "Orang muda, akan ku jawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Cobalah, bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas."Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu; "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu orang muda. Siapa tahu kamu berhasil menjualnya..l."Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli dengan harga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke kediaman Zun-Nun dan melaporkan; "Tuan, tak seorang pun yang berani menawar lebih dari satu keping perak."Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke kedai emas di belakang jalan ini. Coba engkau perlihatkan kepada pemilik kedai atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian."Pemuda itu pun pergi ke kedai emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melaporkan; "Tuan, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih; "Itulah jawapan atas pertanyaanmu tadi orang muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk dapat menyelaminya. Dan itu memerlukan proses wahai anak muda. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata besi biasa dan yang kita lihat sebagai besi biasa ternyata emas."

Alat Pendeteksi Karakter Dan Bakat Anak

Sebagai orang tua, kita pasti ingin sekali mengetahui karakter dan bakat anak kita agar kita dapat mengasah dan mengarahkannya dengan baik. Nah, bila anda memang berminat untuk mengetahui bakat anak anda, sekarang ini telah diketemukan suatu alat pendeteksi bakat yang disebut Dermatologyphics Multiple Intelegence (DMI) yang diketemukan oleh seorang ilmuwan asal Singapura, lembaganya dikenal dengan nama Brainylab Inc. (sekarang berganti nama menjadi Synergy Inc.).

DMI merupakan suatu alat yang bisa membaca bakat anak melalui scan sidik jari yang disebut “Finger Print Test”. Langkah test ini adalah dengan men-scan kesepuluh jari kita, masing-masing dari tiga posisi,yaitu posisi tengah, kiri dan kanan. Meski terlihat sederhana, hasil deteksi menggunakan DMI diyakini cukup akurat karena merupakan brainmapping yang menggunakan delapan kecerdasan majemuk yang juga menjadi acuan para psikolog, yaitu kecerdasan logis-matematik, kecerdasan linguistik-verbal, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan ritmik-musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan natural.

Keunggulan dari FPT ini jika dibandingkan dengan konsultasi melalui jasa psikolog adalah bahwa FTP membutuhkan waktu yang lebih singkat, hanya dalam waktu satu atau dua hari maka analisa FTP bisa kita dapatkan. Ditambah lagi, hasil konsultasi dengan psikolog terkadang belum tentu prima karena sangat tergantung dengan keadaan psikologis anak.

Untuk melakukan FPT ini, anak kita harus berusia minimal 2 tahun. Sebenarnya FTP ini bukan untuk anak saja, kita yang sudah dewasa pun bisa. Dengan melakukan FTP kita bias lebih mengenali diri kita sendiri yang akan berdampak pada kemajuan profesi kita maupun hubungan kita dengan keluarga.

Biaya yang dipatok untuk FTP ini memang mahal, Lembaga Pendidikan Primagama sebagai pemegang lisensinya di Indonesia mematok biaya sebesar Rp.500.000,-. Apalagi bila kita ingin melakukan FTP langsung oleh Synergy Inc. Singapura, biayanya tentu saja lebih mahal … yaitu Rp 1,5 juta karena kita dapat berkonsultasi langsung dengan Miss.Linda, psikolog dari Sinergy Inc. Namun, biaya sebesar itu memang tampak sebanding dengan hasil yang akan kita peroleh. Ya, bila kita mampu, berikanlah yang terbaik untuk anak kita, karena anak itu adalah asset kita yang paling berharga sekaligus amanat dari Allah Yang Maha Kuasa.

A Story About Love

Love means happiness

Love brings sadness

Love needs knowledge

Love takes time

Love requires understanding

Love asks for sacrifices

When we devoted our time to love…

We’ll find out how wonderful this life would be….


Once upon a time, there was an island where all the feelings lived: Happiness, Sadness, Knowledge, and all of the others, including Love. One day it was announced to the feelings that the island would sink, so all constructed boats and left. Except for Love.

Love was the only one who stayed. Love wanted to hold out until the last possible moment.
When the island had almost sunk, Love decided to ask for help.
Richness was passing by Love in a grand boat. Love said,
"Richness, can you take me with you?"
Richness answered, "No, I can't. There is a lot of gold and silver in my boat. There is no place here for you."
Love decided to ask Vanity who was also passing by in a beautiful vessel. "Vanity, please help me!"
"I can't help you, Love. You are all wet and might damage my boat," Vanity answered.
Sadness was close by so Love asked, "Sadness, let me go with you."
"Oh . . . Love, I am so sad that I need to be by myself!"
Happiness passed by Love, too, but she was so happy that she did not even hear when Love called her.
Suddenly, there was a voice, "Come, Love, I will take you." It was an elder. So blessed and overjoyed, Love even forgot to ask the elder where they were going. When they arrived at dry land, the elder went her own way. Realizing how much was owed the elder,
Love asked Knowledge, another elder, "Who Helped me?"
"It was Time," Knowledge answered.
"Time?" asked Love. "But why did Time help me?"
Knowledge smiled with deep wisdom and answered, "Because only Time is capable of understanding how valuable Love is."

Sometimes, we feel that our goals are so hard to be reached. We have experienced how the obstacles have made us stressed, frustrated, and depressed. It seemed that we couldn't bear it any longer. We wanted to quit. Furthermore, sometimes, we even did some negative things as an escape.
An obstacle, something which is usually called as "a problem", is the reality of life that we have to face with a brave heart. Learning how to overcome a problem in order to find the best solution will gradually make ourself a better person. For the problem will remain still unless we can handle it wisely, so, don't ever think to run away from it.
If you feel such uncomfortable feelings right now, just take a deep breath and convince yourself that you can do it and you have all the power you need to conquer it. In addition, you have to be determined and persistent. Don't ever give up! Keep on trying until you get the expected result.
Below is a true story about two American men who could put their idea into realization. A father and his son, John Roebling and Washington, who were known by their determination and persistence. The distinguished people who could make their dream, which seemed impossible by everybody, came true. Their never-say-die attitude in building the spectacular Brooklyn Bridge, hopefully, will be both great inspiration and motivation for us to struggle against all odds.



The Story of the Brooklyn Bridge
In 1883, a creative engineer named John Roebling was inspired by an idea to build a spectacular bridge connecting New York with the Long Island. However bridge building experts throughout the world thought that this was an impossible feat and told Roebling to forget the idea. It just could not be done. It was not practical. It had never been done before.
Roebling could not ignore the vision he had in his mind of this bridge. He thought about it all the time and he knew deep in his heart that it could be done. He just had to share the dream with someone else. After much discussion and persuasion he managed to convince his son Washington, an up and coming engineer, that the bridge in fact could be built.
Working together for the first time, the father and son developed concepts of how it could be accomplished and how the obstacles could be overcome. With great excitement and inspiration, and the headiness of a wild challenge before them, they hired their crew and began to build their dream bridge.
The project started well, but when it was only a few months underway a tragic accident on the site took the life of John Roebling. Washington was injured and left with a certain amount of brain damage, which resulted in him not being able to walk or talk or even move.
"We told them so.""Crazy men and their crazy dreams.""It`s foolish to chase wild visions."
Everyone had a negative comment to make and felt that the project should be scrapped since the Roeblings were the only ones who knew how the bridge could be built. In spite of his handicap Washington was never discouraged and still had a burning desire to complete the bridge and his mind was still as sharp as ever.
He tried to inspire and pass on his enthusiasm to some of his friends, but they were too daunted by the task. As he lay on his bed in his hospital room, with the sunlight streaming through the windows, a gentle breeze blew the flimsy white curtains apart and he was able to see the sky and the tops of the trees outside for just a moment.
It seemed that there was a message for him not to give up. Suddenly an idea hit him. All he could do was move one finger and he decided to make the best use of it. By moving this, he slowly developed a code of communication with his wife.
He touched his wife's arm with that finger, indicating to her that he wanted her to call the engineers again. Then he used the same method of tapping her arm to tell the engineers what to do. It seemed foolish but the project was under way again.
For 13 years Washington tapped out his instructions with his finger on his wife's arm, until the bridge was finally completed. Today the spectacular Brooklyn Bridge stands in all its glory as a tribute to the triumph of one man's indomitable spirit and his determination not to be defeated by circumstances. It is also a tribute to the engineers and their team work, and to their faith in a man who was considered mad by half the world. It stands too as a tangible monument to the love and devotion of his wife who for 13 long years patiently decoded the messages of her husband and told the engineers what to do.

LEARNING HOW TO LEARN EFFECTIVELY

Once you want to learn something effectively, you should choose and implement certain study skills and strategies that suit you best. Don't you know why? Those will give you an opportunity to approach learning tasks systematically and independently. By always using good study habits—learning to work smarter—you will work like and become a successful student.

These steps can help you find out the study skills and strategies you will need to learn various subjects:

Learn To Learn
Learning is a very personal matter. There isn't one study/learning skill or strategy that works for every person in every situation. Therefore, learning to learn strategies are about learning what you know, learning what you don't know, and learning what to do about it. As a result, your learning strategies will give you some benefits:

a. enable you to take more responsibility for your own learning
b. allow you to spend your time effectively and stay on task
c. help you select the best approach(s) for each assignment or task
d. provide you with the knowledge and skills needed
e. present you with access to a variety of content and reference materials
f. give you the confidence to know when and who to ask for help

Know Yourself
Begin by honestly assessing your strengths and weaknesses in basic college skills—reading, writing, listening, and mathematics—and study/work habits such as as organization, time management, concentration, listening, and note taking.
Next, identify your learning style preferences. Many factors affect learning, but consider whether you learn most effectively by reading, by watching, by listening, or by doing? You must also become familiar with your instructors teaching styles to help you adapt your learning style to the best advantage.
In addition, consider when (Are you a morning person or a night owl?) and where (Do you concentrate best in a bright room with noise or in a cozy, quiet corner?) you are at your best for learning.


Manage Your Time and Life
The first step in learning to manage your time—controlling your own life—is to identify what your goals are and then to establish priorities to help you reach them.
Analyze how you are using your time. If you aren't spending time on your priorities, you must make the necessary adjustments or you won't reach your goals. If school, learning, and good grades are a priority, then you must make and follow a schedule that gives a significant amount of time to go to class and study.


Improve Your Concentration
As a good student, you will not necessarily study more than a poor student, but you will definitely use your study time more effectively.
Learn to keep your attention focused on the task at hand—concentrate. When you are in class or ready to study, give it your full attention.
And remember, how well you learn something, not how fast you learn it, is the critical factor in remembering. You must "get" something before you can "forget" it.


Know What Study Means & How To Do It
Learning takes more than just going to class and doing homework. It is really a four-part cycle:
preview>>class>>review>>study When you establish a learning-cycle routine you will be able to learn more in less time with less stress.


Develop A Thinker's Vocabulary
English is the richest language with the largest vocabulary on earth. Each of our words is a symbol that represents an idea or object. Your ability to understand the meaning of the words others use and to select the right one(s) to communicate your ideas, information, and feelings is very important to effective learning.
To develop a thinker's vocabulary, you must become sensitive to words and develop strategies for unlocking the meanings of new words and a process for remembering the new words and their meanings.


Become An Active Reader
Did you ever fall asleep while playing tennis or when watching your favorite television show?
Probably not. How about when you're reading?
Probably so. What makes the difference?
If you are actively involved, physically and mentally, you stay interested and committed.
To learn from study/reading material, you must be an active, thinking participant in the process. Always preview the reading and make sure you have a specific purpose for each assignment. Read actively to fulfill your purpose and answer questions about the material. Keep involved by giving yourself frequent tests over what you've read.

Become An Active Writer
Writing that accurately expresses your ideas demands not only writing skill but focused attention, critical thinking and active involvement. Only if you become actively involved in the writing process will you be able to communicate your ideas clearly.

Build Listening & Note taking Skills
Accurately listening to a lecture and deciding what is important are two skills that must be mastered before you worry about how to write the information in your notes. Again, being an active rather than a passive participant is the key to your success.

Know How To Study For & Take Exams
Exams are your way to show a professor how much you've learned. Preparing for exams will give you a better understanding of the material, lower your anxiety, and improve your scores.
Find out as much as you can about the exam, study and review the material over a period of time (use the night before as a final review not a cram session), pace yourself during the exam, and always go over your graded exam with your professor.

Master Every Course
You can't get something for nothing. You can, however, get nothing for something and that's exactly what you will get from any course if your only investment is money.
True education is not about cramming material into your brain. True education is the process of expanding your capabilities, of bringing yourself into the world.

A GOOD TEACHER

Teaching a child is not such an easy thing. We should be a caring and a patient person in addition to be smart in delivering the lesson. Unless, we'll make ourselves get into trouble. Here is a funny story happened in the kindergarten class.

One day, a teacher was attempting to teach the names of animals to a class of 5-year-olds. She held up a picture of a deer, and asked one boy, "Billy, what is this animal?". Little Billy looked at the picture with a disheartened look on his face and responded, "I'm sorry Mrs. Smith, I don't know.". The teacher was not one to give up easily, so she then asked Billy, "Well, Billy, what does your Mommy call your Daddy?" Little Billy's face suddenly brightened up, but then a confused look came over his face, as he asked, "Mrs. Smith, is that really a pig?"!

SUPER KIDS si ANAK KARBITAN?

Early ripe... early rot.

Anak-anak yang digegas

menjadi cepat mekar...

cepat matang...

cepat layu….


Sekarang ini kita semua mengetahui bahwa pendidikan bagi anak usia dini tengah marak-maraknya, apalagi di kota-kota besar.Para orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan sedini mungkin. Mulai dari pre-school atau kursus yang ber-SPP terjangkau hingga berbiaya jutaan. Semuanya menawarkan kecakapan intelektual, fisik ataupun seni yang menggiurkan. Namun dari berbagai informasi dan literatur tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, tenyata kita dibuat terkejut dengan kenyataan bahwa hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Kesalahan yang terjadi karena misperception mengenai label "superkids".
Lembaga-lembaga pendidikan berorientasi pada metode-metode untuk mengakselerasi kemampuan intelektual secara dini. Dengan harapan dapt mencetak "super kids", sang anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa.

Pada tahun 1930, kisah seorang "super kid" pernah dimuat majalah New Yorker. Adalah seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater, yang berkat kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan sehingga prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka, pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.

Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, di mana seorang Ibu yang bernama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya, sejak si anak masih berupa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan menggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun, Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun, Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 9 tahun, ia membaca enam buah buku dan koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun, dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 tahun, ia menjadi guru matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun kabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa.

Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia menjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa. Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat mereka kecil, mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya Einstien yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun.

Selama berpuluh-puluh tahun, orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa depan sangat ditentukan oleh faktor kognitif. Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu, banyak orangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan “Early Childhood Training”. Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasannya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang di mana-mana, di Indonesia.
“EARLY RIPE, EARLY ROT…!”Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1990 di Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat busuk. (early ripe, early rot!).Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. Di rumah, para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu mengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi membaca. Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep “kesiapan-readiness “ dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang mendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang “biological limititations on learning”. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajar apapun.Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah membuat anak-anak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi “miniature orang dewasa “. Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orang dewasa. Belum lagi media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa; memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku anak tumbuh kembang secara cepat.

Pernahkah kita kaji... apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah faktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnya kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihat berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak seperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagai keadaan, cobalah perhatikan, khususnya saat perilaku anak menampilkan gaya “kedewasaan “, sementara perasaannya menangis berteriak sebagai “anak”.

Coba cermati lirik llagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak laki-laki “Heintje” di era tahun 70-an ini:


I'M NOBODY'S CHILD


I’m nobody’s child

I’m nobody’s child

Just like a flower

I’m growing wild

No mommies kisses

and no daddy’s smile

Nobody’s touch me

I’m nobody’s child.

Lagu yang sangat menyentuh bukan? Anak yang digegas alias anak karbitan ternyata merasa bahwa dia tumbuh dengan liar. Saat seorang anak dikarbit menjadi seorang "super kid" dia kehilangan waktu untuk menikmati kebersamaan dengan orang tua dan teman-temannya. Sekolah dan kursus-kursus yang menyita waktunya membuat dirinya merasa haus akan kasih sayang. Saat kelas akselerasi menyeretnya untuk bergaul dengan orang dewasa ... kehausan ini akan semakin terasa. Sang Super kid akan merasa terasing dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang tak berpikiran seperti dirinya dan memahami dirinya. Tak ada kecupan dan belaian sayang yang ia terima layaknya anak seusia dia. Yang ada adalah tuntutan dan tekanan yang begitu berat karena ia harus bertingkah layaknya orang dewasanya agar ia bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Saat kehausan akan kasih sayang ini menggila hingga tak dapat lagi ia bendung... saat itulah hidupnya dalam bencana.

Mudah-mudahan kita dapat menjadi orang tua yang bijak dan mendidik anak-anak kita dengan baik tanpa memaksakan sesuatu yang sulit untuk dijalani dan diraih oleh mereka hanya untuk memuaskan obsesi dan rasa bangga kita.


Referensi: Makalah yang ditulis oleh Dewi Utama Faizah

Direktorat Pendidikan TK &SD Ditjen Dikdasmen Depdiknas


Menanti

Saat ku menanti… ku tanam benih kesabaran
Saat ku menanti… ku tabur pupuk pengertian
Saat ku menanti… ku siangi daun-daun yang kering terbakar kekesalan
Berharap… dapat ku petik buah yang ranum akan kasih sayang

Bilakah masanya tiba…
Saat penantian berganti perjumpaan
Bertemu terkasih pelipur kalbu
Untuk kembali menautkan rindu

Padamu yang selalu ku tunggu
Untukmu hati tak lelah menanti
Karena janji suci telah terpatri
Di relung yang kini biru
Biru … tercambuk cemeti janji

MENGATASI KEGEMARAN CORAT-CORET ANAK

Kedua anak saya senang sekali corat-coret. Walaupun saya beri buku tulis atau buku gambar, mereka tetap mecuri-curi waktu untuk corat-coret di dinding, meja, kursi, bahkan kasur, bantal, guling, dan baju mereka sendiri pun terkadang menjadi ajang kreasi mereka. Si Sulung yang berusia 6 tahun seringkali menuliskan apa yang dipelajarinya di sekolah, sedangkan si Bungsu yang baru berusia 16 bulan sudah mulai senang corat-corat kendati masih berupa benang kusut. Itulah dunia anak... corat-coret merupakan salah satu cara mereka mengekspresikan diri dan berkreasi.


Biasanya, keinginan kuat untuk corat-coret muncul di usia 2 tahunan. Corat-coretnya tentu saja masih berupa garis-garis semrawut alias benang kusut. Nah, tahap corat-coret seperti ini disebut tahap sribbling. Baru pada usia 3 tahun si kecil mulai bisa menggambar bentuk-bentuk dengan baik, misalnya bunga, gunung, pohon, rumah, orang, dan lain.


Menurut Prof. Dr. S.C. Utami Munandar,Dipl-Psych., kebiasaan anak untuk coret-coret ini berkaitan dengan perkembangan motorik halus si anak. Menurut Beliau, corat-coret bisa membantu dan melatih perkembangan motorik halusnya yang dibutuhkan nanti untuk menggambar, menulis dan sebagainya. Pada awalnya cara memegang alatnya masih kasar, belum halus seperti anak yang sudah besar. Namun semakin lama akan semakin bagus dengan seringnya anak melakukan aktivitas corat-coret ini. Selain itu, aktivitas corat-coret juga merupakan kreativitas alamiah yang ada pada setiap anak dan menjadi "media" untuk anak mengekspresikan dirinya, baik pikiran maupun perasaan. "Jika si anak sedang marah tentu coretan-coretannya akan berbeda dengan ketika ia sedang senang." Itulah mengapa melukis atau menggambar sering dikatakan sebagai katarsis.
Pada anak, lanjut guru besar tetap dan dosen psikologi di Universitas Indonesia ini, yang penting adalah bersibuk diri secara kreatif dan menyenangkan. "Ini diperlukan oleh setiap anak. Karena itu orang tua harus memberikan dukungan kepada anak untuk berkreasi. Jangan malah dilarang."
Kalau anak sering dilarang, terangnya, bisa menghambat kreativitas, spontanitas dan keberaniannya untuk ekspresi diri. Selain itu, bakatnya pun akan sulit berkembang. "Jangan lupa, perkembangan setiap anak itu merupakan hasil interaksi antara pembawaan atau potensi dengan lingkungannya."
Dr. Utami menambahkan, orang tua sebaiknya mendukung dan menyediakan sarana serta prasarana untuk kreativitas. Dalam hal corat-coret, antara lain kertas gambar, papan tulis, kapur warna, pensil warna, bermacam-macam krayon dan sebagainya. "Untuk batita, alat corat-coretnya yang tepat ialah krayon. Ukurannya bermacam-macam, ada yang kecil-kecil dan besar. Yang baik itu ukurannya besar dan tebal, karena anak akan lebih mudah dalam memegangnya."
Sarana dan prasarana ini juga penting untuk memunculkan keinginan corat-coret pada si anak. Sebab, terang Dr. Utami, "Jika anak belum pernah melihat sarana dan prasarananya, maka keinginan untuk corat-coret belum timbul. Namun setelah si anak mulai corat-coret, biasanya segala apa akan dicoreti. Mulai dari kertas, tembok, lantai, sampai baju dan tangan-kakinya sendiri." Nah, bila si anak corat-coret bukan pada tempatnya,ujar Dr. Utami, memang harus dilarang. "Anak harus diajarkan untuk melakukan sesuatu itu pada tempatnya. Setiap anak sejak kecil harus tahu tempat-tempat tertentu yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, juga tak merugikan dan mengganggu orang lain."
Caranya melarang anak corat-coret bukanlah dengan hukuman atau larangan ketat, tapi diberikan pengertian dan alternatifnya, sehingga si anak mengerti bahwa corat-coret tak boleh dilakukan di sembarang tempat. Bila anak masih saja sering corat-coret di sembarang tempat, kita harus terus-menerus memberikan pengertian. Menurut Dr. Utami, "Anak memang tak bisa diharapkan langsung berubah hanya dengan satu kali diberi peringatan. Jadi, kita harus terus berulang-ulang memberinya pengertian."
Selain itu, kita seharusnya mengajak anak untuk membersihkan tempat yang dicoretinya ataupun menghapus bekas coretannya. Hal ini dimaksudkan agar anak mengerti bahwa ulahnya itu menyusahkan orang lain dan dirinya sendiri.
Dr. Utami berpesan, "Hukuman bukan hanya menyebabkan anak merasa sakit secara fisik, tapi juga membuatnya tak tahu apa yang harus ia lakukan. Karena hukuman belum memberi tahu tentang perilaku apa yang baik." Beliau pun mengatakan, dengan orang tua memberi peringatan atau mengatakan "Tidak boleh" saja, bagi anak sudah merupakan suatu hukuman. Karena anak akan melihat bahwa orang tuanya tidak senang, sementara setiap anak selalu ingin adanya hubungan kasih sayang antara dirinya dengan orang tua. Sebaliknya, bila orang tua memberi pujian, anak pun akan senang karena terpancar dari raut muka ibunya yang juga senang. Karena itu, kala anak menunjukkan perilaku baik, orang tua hendaknya memberikan reward."
Mengarahkan anak untuk tidak berbuat sesuatu memang tidaklah mudah; membutuhkan kesabaran, strategi, dan pendekatan yang tepat. Sistem punishment and reward pun harus dapat kita aplikasikan dengan bijak. Jangan terlalu banyak memberikan punishment sehingga anak justru akan cenderung menganggap peringatan kita sebagai angin lalu ataupun malah menghambat proses perkembangan dan pertumbuhan mereka. Di sisi lain, reward pun harus kita berikan dengan tidak berlebih-lebihan, tidak harus berupa benda hadiah, yang dapat berakibat anak menjadi gift-oriented. Pujian, belaian, dan ciuman sayang kiranya dapat menjadi reward yang membahagiakan dan memberi motivasi agar selalu berusaha melakukan hal-hal yang baik.

Berapa Tarikan Nafas Lagi Usia Kita

Saat ini kita masih dapat bernafas dengan lega, bahkan kita masih leluasa untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mensupply oksigen yang sangat diperlukan oleh tubuh kita... agar jantung ini tetap dapat berdetak dengan berirama untuk memompa darah ke seluruh tubuh hingga kita dapat menggerakkan seluruh anggota tubuh dan berfikir dengan seksama dan menyeluruh. Pernahkah kita merenung... bertafakur... berapa lama lagikah kita dapat menarik nafas dengan lega seperti halnya saat ini? Berapa tarikan nafas lagi...???


Bila kita mencoba untuk menghitung 'tinggal' berapa tarikan nafas usia kita masing-masing, mudah-mudahan kita akan tersadar dan termotivasi untuk menghabiskan waktu kita pada hal-hal yang yang bermanfaat; amaliah-amaliah yang baik yang kita lakukan secara konsisten dengan berlandaskan asma Allah yang Rahman dan Rahim.


Aku berlindung kepada Allah dari godaan syeitan yang terkutuk. Artikel ini ditulis semata-mata agar kita semua ingat akan pentingnya waktu....


Sampai dengan tahun 80-an, sering terbaca oleh kita bahwa umur rata-rata orang Indonesia adalah 60 tahun. Setelah era 80-an sampai saat ini umur rata-rata tersebut naik menjadi 65-an, hal ini kemungkinan disebabkan makin banyaknya orang yang sadar akan kesehatan, juga bisa disebabkan makin banyaknya fasilitas kesehatan yang mudah diperolehan masyakarat, misalnya makin menjamurnya puskesmas puskesmas, dll ......... yang pasti itu memang sudah kehendak Allah. Namanya saja 'rata-rata' berarti bisa saja seseorang meninggal sebelum usia 65 tahun, namun juga bisa setelah melampaui usia itu. Untuk memudahkan 'renungan kita', maka sebaiknya angka (usia) 65 di atas sebaiknya kita jadikan patokan, agar renungan kita jadi lebih terfokus. Misalnya usia kita saat ini adalah 30 tahun, jadi sisa hidup kita 'tinggal' : 65 tahun - 30 tahun = 35 tahun. Bila 1 tahun itu lamanya 365 hari, maka usia kita 'tinggal' : 35 x 365 hari = 12.775 hari. Bila 1 hari itu 24 jam, maka usia kita 'tinggal' : 12.775 x 24 jam = 306.600 jam . Harap kita ingat, dalam 24 jam itu seseorang pasti mempunyai waktu tidak aktif, artinya waktu dimana seseorang harus istirahat, baik jasmani maupun rohani, yakni tidur. Misalnya waktu tak aktif itu adalah 7 jam, maka waktu aktif seseorang 'sebetulnya' hanya 17 jam . Jadi waktu hidup yang aktif itu hanya 'tinggal' : 12.775 x 17 jam = 217.175 jam . Bila 1 jam itu adalah 60 menit, maka usia kita 'tinggal' : 217.175 x 60 menit = 13.030.500 menit. Bila 1 menit itu adalah 60 detik, maka usia kita 'tinggal' : 13.030.500 x 60 detik = 781.830.000 detik ... Terakhir.........bila seseorang itu sekali menarik nafas lamanya rata-rata 2 detik, maka usia kita 'tinggal' = 781.830.000 : 2 = 390.915.000 tarikan nafas. Sadarkan diri kita akan hal di atas, hitung-hitunglah 'tinggal' berapa tarikan nafas usia kita masing-masing.......... Mumpung kita masih punya 'sekian juta' tarikan nafas, sebaiknya kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, lakukan segala aktifitas dengan mengatas namakan Allah, agar semua langkah kita insya Allah bisa bernilai ibadah, karena kita dicipta oleh Allah tujuannya adalah supaya beribadah kepadaNya. (QS.adz-dzaariyaat : 56) Sesali dan bertaubatlah kalau pada tarikan nafas yang telah lalu kita pernah berbuat salah, kita pernah lupa menjaga lidah, kita pernah lalai menjaga pandangan, kita tak pernah merawat hati dengan baik sehingga hanya terisi nafsu duniawi, tak pernah mengingat Allah, dan senantiasa lupa akan mati. Mumpung masih dianugerahi Allah untuk menikmati tarikan nafas pada saat ini, dan insya Allah masih 'sekian juta' lagi. Alangkah ruginya bila tak kita manfaatkan untuk mengingatNya, tunduk padaNya, beribadah kepadaNya. Sungguh kita tak akan mampu memperpanjang tarikan nafas itu bila Allah tak mengijinkan.........walau hanya satu tarikan saja.......... Ingatlah Firman Allah SWA dalam Al-Qur'an Surat (103) Al- 'Ashr ayat 1 s/d 3,
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Gunakan kesempatan yang masih diberi semoga kita takkan menyesal....

Masa usia kita jangan disia-siakan karena ia takkan kembali....

Ingat lima perkara sebelum lima perkara : Sehat sebelum Sakit....

Muda sebelum Tua.... Kaya sebelum Miskin.... Lapang sebelum Sempit....

Hidup sebelum Mati....

MENCURAHKAN CINTA MELALUI ASI

Postingan ini merupakan artikel yang memaparkan manfaat pemberian ASI secara psikologis terhadap bayi. Artikel ini saya terbitkan untuk melengkapi artikel "ASI Terbaik Bagi Buah Hati"yang telah saya terbitkan sebelumnya. Semoga para Ibu akan semakin termotivasi untuk meberikan ASI bagi para putra - putri tercinta.....



Pemberian ASI juga dapat mempererat jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, serta menimbulkan rasa aman dan kedekatan emosional yang kuat. Dalam dekapan ibu, bayi akan merasakan kehangatan dan perlindungan. Begitu pula sebaliknya, ibu menyusui akan merasakan puas dan bahagia, karena dapat memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Sesungguhnya apabila dalam menyusui dihayati, akan menumbuhkan kebahagiaan yang terwujud dalam bentuk kasih sayang murni. Sentuhan kulit, detak jantung ibu yang telah lama dikenal bayi, akan meningkatkan kemesraan. Berpadunya unsur fisik dan psikis antara ibu dan anak tersebut, semakin memperkuat ikatan cinta dan kasih sayang di antara mereka.
Dampak psikologisnya, menimbulkan rasa sayang, nyaman, percaya dan berani menjangkau orang lain. Efeknya adalah menumbuhkan kemampuan membangun dan memelihara hubungan yang akrab. Semua itu berdayaguna sebagai dasar perkembangan emosi anak di kemudian hari.Sebaliknya, kerakusan dan keserakahan bisa berkembang sebagai akibat kurang memperoleh makanan dan cinta pada tahun-tahun awal kehidupan. Ini karena tugas perkembangan pertama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, percaya kepada orang lain, dunia, dan kepada diri sendiri. Dan cinta adalah perlindungan terbaik dari ketakutan, dan ketidakamanan.
Itu mengandung makna, betapa ASI turut serta berpengaruh terhadap kepribadian anak-anak. Bahkan RA Kartini, seorang tokoh wanita Indonesia pun menyebutkan, bahwa kejahatan dan kebaikan manusia terberikan melalui air susu ibu (Nota Kartini untuk Rooseboom dalam Sulastin, 1977:388). Syarat utama anak berbahagia sebenarnya bermula dari orangtua yang berbahagia. Anak belajar dari hal yang diucapkan secara verbal dan dirasakanoleh orangtuanya. Pola orangtua mengatasi stress menjadi suatu pembelajaran pula bagi anak.
Proses memberikan ASI memiliki aspek psikologis dan rohaniah antara ibu, bayi dan ayah, bukan sekedar tempel dan membiarkan bayi menyusu. Gelombang otak anak usia 0-7 tahun cenderung lambat di sekitar frekuensi delta/theta atau sekitar 0,5-7 hertz. Gelombang otak lambat berhubungan dengan fungsi intuisi dan telepati. Sehingga anak 0-7 tahun memiliki kemampuan yang hebat dalam mendeteksi, merasakan dan mengekspresikan emosi.
Menyusui yang dilakukan dengan penuh cinta dan keikhlasan, maka data tersebut akan terekam dalam saraf bayi, yang akan menyirami benih cinta dalam diri mereka sendiri. Selain itu sesuai dengan kajian tentang genetika dan pola asuh, proses menyusui yang didasari kesadaran jiwa, keselarasan hati, dan cinta kasih akan mempengaruhi ekspresi genetik yang ideal dan menghasilkan kesehatan fisik yang optimal.Sehingga ASI merupakan kondisi dasar untuk membentuk anak yang peuh cinta dan sukacita.


Sumber : Artikel dr. Ariani (Parents Guide)

Hariring Kuring

Ieu kuring
Kuring nu keur ngahariring
Hariring panglipur kalbu nu teu bisa cicing
Teu bisa cicing alatan aya nu pulang anting
Pulang anting bangun nu rungsing
Rungsing alatan taya nu ngageuing
Ngageuing ku sakeclak cai wening
Cai wening nu bakal ningtrimkeun sukma awaking
Sukma awaking nu hayang jadi ginding
Ginding nepi ka matak pangling
Pangling sabab asih Gusti geus kacangking
Kacangking ku diri kuring
Diri kuring nu bakal nyinglarkeun karungsing
Karungsing nu teu bisa cicing
Nu teu bisa cicing baris kasirep ku hariring
Hariring nu kiwari marupa dangding
Dangding nu direumbeuy ku du’a kuring
Du’a kuring keur sajatining kuring

My Emoticon

I'll do my best 4 U

;;